jogjareport.com – Selain aneka kuliner khas, Yogyakarta juga menyimpan beberapa jenis kuliner esktrem. Salah satunya adalah kuliner berbahan tanah liat yang disebut “Ampo” .
Ampo merupakan makanan yang dibuat dari tanah liat murni. Makanan ini berasal dari Desa Imogiri, Yogyakarta, dan telah menjadi bagian dari warisan budaya Jawa selama berabad-abad. Meski terdengar asing bagi sebagian orang, Ampo Imogiri bukan sekadar camilan, melainkan simbol kearifan lokal yang menyimpan kisah sejarah, tradisi, dan keyakinan akan manfaat kesehatannya.
Konon, Ampo Imogiri telah dikonsumsi sejak jaman Kerajaan Mataram. Bahkan, tradisi ini muncul sebagai alternatif pangan saat masa paceklik. Pada saat masyarakat kesulitan mendapatkan bahan makanan, maka merekapun mengkonsumsi Ampo.
Salah satu pusat pembuatan Ampo berada di Dusun Kerten Desa Imogiri, Kabupaten Bantul. Ditempat ini pembuatan Ampo telah berlangsung selama 3 generasi.
Proses pembuatannya sederhana namun penuh ketelitian. Tanah liat dipilih dari lapisan khusus yang diyakini bersih dari kontaminasi. Tanah ini diambil dari sawah atau lereng bukit yang ada di sekitar daerah Imogiri. Tanah tersebut kemudian dihaluskan, dicetak menjadi batangan atau bulatan, dan dipanggang di atas tungku tradisional hingga mengeras seperti keramik. Hasilnya adalah camilan bertekstur renyah dengan rasa netral yang khas.
Bagi masyarakat Imogiri, Ampo bukan sekadar makanan, melainkan bagian dari ritual dan kepercayaan. Beberapa penduduk setempat meyakini bahwa mengonsumsi tanah liat dapat menetralisir racun dalam tubuh, meningkatkan kesehatan pencernaan, atau bahkan menjadi “penguat” bagi ibu hamil. Tradisi ini juga dikaitkan dengan nilai nrimo (menerima) dalam filosofi Jawa, di mana manusia harus bersyukur atas apa yang disediakan alam, meski dalam kondisi terbatas.
Kontroversi
Meski dianggap aman oleh konsumen tradisional, Ampo Imogiri kerap menuai pro kontra dari perspektif kesehatan modern. Para ahli mengingatkan risiko kontaminasi bakteri atau logam berat jika tanah yang digunakan tidak steril. Namun, pembuat Ampo profesional di Imogiri menjamin bahwa mereka hanya menggunakan tanah khusus yang telah melalui proses seleksi ketat. Beberapa penelitian juga menyebut kandungan mineral alami seperti kalsium dan zat besi dalam tanah liat mungkin memberikan manfaat tertentu, meski belum ada bukti ilmiah yang konklusif.
Kini, Ampo Imogiri tak hanya dikonsumsi lokal, tetapi juga menjadi daya tarik wisata kuliner. Pengunjung dapat menyaksikan langsung proses pembuatannya di rumah-rumah warga atau membelinya sebagai oleh-oleh unik.
Artikel Terkait : Belalang Goreng: Kuliner Ekstrem Khas Gunung Kidul
Upaya pelestarian terus dilakukan, termasuk melalui festival budaya dan dokumentasi sejarah lisan. Bagi para pecinta kuliner ekstrem, mencicipi makanan ini adalah pengalaman tak terlupakan yang mengajarkan penghargaan terhadap kekayaan budaya Nusantara.
Namun, jika anda mencarinya di pusat jajanan, mungkin akan kesulitan karena makanan ini termasuk makanan yang tidak biasa. Meski demikian, eksistensi makanan ini telah mendapatkan pengakuan sebagai Warisan Budaya Tak Benda. (*/)