Jogja Report — Kota Yogyakarta kembali menggelar hajatan literasi tahunan bertajuk Festival Sastra Yogyakarta (FSY) 2025. Mengusung tema “Rampak”, festival ini akan digelar pada 30 Juli hingga 4 Agustus 2025 di Grha Budaya, Taman Budaya Embung Giwangan (TBEG), sebagai bagian dari rangkaian pra-acara Rakernas Jaringan Kota Pusaka Indonesia (JKPI) XI.
Kepala Dinas Kebudayaan Kota Yogyakarta, Yetti Martanti, S.Sos, MM menyampaikan bahwa pemilihan tema “Rampak” memiliki makna mendalam, yaitu semangat untuk berjalan bersama, setara, dan harmonis.
“Kami ingin menunjukkan bahwa sastra tak lagi bergerak secara soliter, tapi beriringan dalam kolaborasi. Ini adalah momen penting untuk menguatkan ekosistem literasi yang berpihak pada nilai-nilai kemanusiaan,” ujar Yetti dalam forum Konferensi Pers dan Doa bersama di 101 Style Hotel Senin (28/7/2025)
Ditambahkan Yetti, FSY 2025 menghadirkan pendekatan festival yang inklusif, interaktif, dan eksperimentatif. Beragam kegiatan disiapkan, mulai dari Pasar Sastra, Sayembara Puisi, diskusi komunitas bertajuk Susur Galur, hingga pertunjukan seni lintas medium dalam pembukaan dan penutupan acara.
Pasar Sastra yang berlangsung selama enam hari akan menampilkan ribuan judul buku, diskusi harian, dan pameran komunitas hasil kerja sama dengan IKAPI DIY.
Sementara itu, Sayembara Puisi FSY mencatat antusiasme tinggi dengan 4.395 puisi dari 1.465 peserta se-Indonesia.
“Antusiasme peserta sayembara membuktikan semangat menulis dan apresiasi terhadap puisi masih sangat tinggi di kalangan generasi muda,” tambah Yetti.
Baca juga: 5.007 Porsi Gudheg di Festival Kuliner Gula Kelapa Pecahkan Rekor MURI
Diskusi Susur Galur akan mengangkat jejak dan kontribusi komunitas sastra lokal, sedangkan Panggung Teras menjadi ruang ekspresi terbuka bagi komunitas dan publik, termasuk sesi Puisi Surup yang dikenal sebagai ajang jamming puisi yang meriah.
Pembukaan festival pada 2 Agustus malam akan diramaikan oleh pertunjukan puisi, musik, macapat, dan visual yang menghadirkan Iksan Skuter dan Melankolia dan penutupan pada 4 Agustus akan dimeriahkan oleh Dewi Lestari serta seniman lintas bidang lainnya.
Menurut Yetti, FSY bukan hanya peristiwa seni tahunan, melainkan ruang strategis untuk membangun keberlanjutan ekosistem sastra dan literasi di Yogyakarta.
“Kami ingin FSY jadi wajah dari kota sastra yang hidup dan terus tumbuh, tidak hanya menampilkan karya, tapi juga menghidupkan diskursus dan jejaring komunitas,” pungkasnya. (*/)