Jogja Report,Sleman – Sebuah mural bergambar logo bendera Jolly Roger dari anime One Piece yang menghiasi depan pos ronda di Padukuhan Temuwuh RT 02 RW 31, Balecatur, Gamping, Kabupaten Sleman, DIY mendadak viral di media sosial. Namun, menurut pengakuan sejumlah warga, mural tersebut dibuat oleh para pemuda Karang Taruna .
Menanggapi hal itu, Sekretaris Karang Taruna setempat, Dandun Asmara, menegaskan bahwa mural tersebut telah dibuat bulan Juli 2025 , jauh sebelum isu pelarangan mencuat.
“Itu kita buat sekitar tanggal 25 Juli, sebelum viralnya isu pelarangan atribut One Piece di tempat lain. Jadi bukan ikut-ikutan atau fomo,” ujarnya saat ditemui wartawan dilokasi pada sore ini Rabu 6 Agustus 2025.
Menurutnya, mural tersebut bukan sekadar hiasan, melainkan bagian dari semangat mempercantik lingkungan menjelang peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-80 sekaligus simbol keresahan sosial yang dirasakan para pemuda.
“Memang awalnya cuma dari iseng buat bagusin pos ronda karena masih ada sisa cat. Teman saya, Seto ini, bikin mural gambar One Piece dan nambahin tulisan ‘Merdeka?’ dengan tanda tanya. Itu tanda tanya ya bentuk keresahan, bukan provokasi,” jelasnya.

Dandun menambahkan, pilihan One Piece bukan tanpa alasan. Selain karena kegemaran teman-teman Karang Taruna terhadap anime tersebut, mereka juga merasa cerita dalam anime itu merefleksikan realita sosial di Indonesia saat ini.
“Di One Piece itu kan banyak ketidakadilan yang dirasakan rakyat kecil, mirip sama yang kita alami di negeri ini. Kami hanya ingin mengkritik, bukan menjatuhkan,” katanya.
Terkait kabar adanya aparat yang ingin menghapus mural tersebut, Dandun membenarkan bahwa ia mendengar kabar semacam itu, namun belum ada komunikasi resmi dari pihak berwenang.
“Pihak- pihak itu baru ngomong ke tetua di desa ini seperti RT, RW, Pak Dukuh. Tapi belum ngomong, ke kami selaku pemuda disini,” ucapnya.
Baca juga: Pilkada Jateng Rawan Praktek Politik Uang
Lanjut Dandun menegaskan mural yang dibuat itu dilakukan secara terang-terangan bersama warga.
“Kita buat mural itu terang-terangan, enggak diem-diem. Waktu itu belum viral, belum dilarang. Tapi sekarang katanya mau dihapus,” ujarnya.
Meski begitu, Karang Taruna mengaku siap berdialog jika memang mural itu harus dihapus. Namun mereka berharap ada alasan yang jelas dari pihak berwenang.
“Soal kabar mau dihapus itu kita dapat dari tokoh-tokoh desa. Tadi saya dengar ada Pak Babinsa juga yang mau hapus sendiri, enggak nyuruh kita yang menghapus. Tapi, kalau pun mau dihapus, harus jelas dasarnya apa. Karena ini kami buat bukan melanggar aturan. Kita cuma nyalurin keresahan lewat gambar,” jelas Dandun.

Disebutnya juga, mural itu sendiri dibuat oleh sembilan anggota Karang Taruna dengan dana hasil iuran. Menurut Dandun, kegiatan ini juga bagian dari upaya memperingati kemerdekaan, meskipun dilakukan dengan sederhana.
“Dari Karang Taruna juga ngekasih uang buat beli cat gitu. Ya termasuk ini, jadi ini turahan ya. Dan
Kelebihan cat, terus kita ngecat itu (mural),” ucapnya.
“(Tapi) Kami tetap semangat merayakan kemerdekaan, walaupun hanya lewat cat seadanya. Tapi dari situ kami juga berharap ada yang mendengar keresahan kami sebagai rakyat biasa,” pungkasnya. (*/Olivia )